Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
MENYAPA DUNIA DENGAN DUNIA MAYA

Nov 27, 2007

SPA IKPMA
Upaya Membentuk Kader Yang Profesional

Sidang Permusyawaratan Anggota (SPA) IKPMA merupakan ajang demokrasi besar dengan membawa harapan esok yang makin gemilang. Sudah menjadi sunnah Ilahi dalam proses kehidupan, bahwa regenerasi harus terwujud, demi pembelajaran yang merata. Mati satu tumbuh seribu, begitu kata pepatah. Tapi, suksesi atau peralihan kepemimpinan di sebuah organiasasi bukan karena ada yang mati, melainkan karena masa yang terbatas. Untuk itu, sekali lagi, untuk menciptakan iklim berorganisasi yang efektif, regenerasi mutlak adanya.

Dalam lingkup organisasi, beberapa orang telah silih berganti menempati pos sebagai ketua, atau posisi kepengurusan lainnya. Dalam sebuah rumah tangga, seorang ayah sebagai pemegang otoritas keluarga mau tidak mau digantikan oleh anak-anaknya setelah dia pergi meninggalkan alam fana. Anak-anaknya secara lambat tapi pasti telah berubah status menjadi seorang bapak dalam sebuah keluarga.

Dari ilustrasi singkat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa regenerasi adalah merupakan ketentuan alam atau dalam bahasa al Qur`an-nya sunnatullah, baik itu pada level terkecil dalam struktur masyarakat yaitu keluarga maupun dalam struktur terluas yaitu sebuah negara atau organisasi Internasional, semisal perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Untuk itu, agar organisasi atau sebuah wadah tidak mengalami kevakuman atau bisa jadi organisasi tersebut mati, maka dibutuhkanlah kaderarisasi.

Kaderirasi atau Mati?

Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader. Siapakah kader? Kader adalah anggota, penerus organisasi. Nilai-nilai apa? Nilai-nilai yang diyakini bersama sebagai pembentuk watak dan karakter organisasi. Organisasi apapun itu mutlak mensyaratkan kaderisasi, kecuali bila organisasi tersebut adalah organisasi diri sendiri, yang anggotanya anda seorang diri. Organisasi terpimpin sekalipun, dimana si Ketua menjadi Ketua sepanjang hidupnya tetap saja membutuhkan regenerasi untuk rekan kerjanya.

Apa yang terjadi bila Kaderisasi gagal?


Yang akan terjadi, nilai-nilai organisasi tidak sampai kepada generasi berikutnya, generasi tua akan selalu memikul beban dan tanggung jawab organisasi sendiri, selamanya. Gejala yang lainpun akan mucul, seperti: rangkap jabatan, sulit mengadakan suksesi (pergantian) pengurus -karena tidak ada yang mau mengabdi–, anggota yang merasa tertipu atau diabaikan, kegiatan atau program kerja tidak berjalan, dan akhirnya bila tidak ada perbaikan, organisasi tersebut akan dilupakan kemudian mati.

Mengapa kaderisasi gagal? Ini pertanyaan klasik, dan harganya sangat murah. Para senior biasanya akan selalu membandingkan bahwa dulu kondisinya tidak seperti sekarang. Romantisme perjuangan mereka mengalir lengkap dengan bumbu-bumbu. Satu yang penulis mau ingatkan kepada pembaca sekalian, jangan terlena dengan cerita! buatlah romantisme perjuangan kita sendiri (saat ini), dan berikan harga yang mahal bagi kaderisasi.

Kaderisasi gagal biasanya terjadi karena beberapa hal: 1. Senior tidak memiliki kemampuan mentransfer skill atau keahliannya 2. Senior tidak memiliki kemauan untuk mengkader 3. Tidak ada anggota/kader untuk dilatih/di didik

Sebab pertama muncul karena senior hanya bersandar kepada pengalaman yang dimiliki, semestinya harus diseimbangklan dengan skill individu atau banyak membaca. Inilah yang membedakan seorang tukang bangunan dengan insinyur. Dalam kaderisasi, senior harus mampu mengkomunikasikan ilmu dan pengalaman.

Sebab kedua yang paling memprihatinkan. Kemauan adalah awal dari semuanya terjadi. Jika tidak ada kemauan melakukan kaderisasi dari sang senior, maka sebagai junior harus mencari orang lain. Jika tidak ada, mari kita (sebagai junior) melakukan kaderisasi bagi diri kita sendiri dan teman-teman. Jangan biarkan organisasi ini mati karena tidak ada yang mau peduli, paling tidak… kita ini adalah orang yang peduli dengan kelangsungan hidup organisasi ini, khususnya IKPMA.

Sebab ketiga adalah alasan mengapa organisasi harus melakukan penerimaan anggota. Ada yang mungkin mengatakan “tidak penting kuantitas anggota yang penting kualitas”. Tetapi, realitas menyatakan sebaliknya. Kuantitas dulu baru kualitas. Dalam perjalanan organisasi kualitas seorang kader akan diuji oleh komitmennya, dan yang pasti adalah waktu. Seberapa lama ia mampu bertahan, dan memberikan yang terbaik dan menyumbangkan segalanya untuk organisasi tersebut.

Urgenisasi Kaderisasi IKPMA


Sampailah kita pada point yang paling penting, yaitu bagaimana prores kaderisasi IKPMA bisa terus berjalan, sehingga akan terbentuklah sosok generasi yang profesional.

Ada sedikit kesedihan penulis, khususnya mengenai krisis senioritas. Bibit-bibit baru bermunculan, sedangkan senioritas banyak yang berhamburan isitilah lain sebagian senior IKPMA pulang ke Indonesia, sebagian lainnya melanjutkan studinya ke luar negara mesir. Indikasinya, seringkali penulis melihat bahwa anggota junior IKPMA melakukan aktifitas organisasi dengan kesulitan, sulitnya menghadirkan pembimbing juga merupakan problematika dalam memajukan IKPMA kedepan, meskipun penulis yakin bahwa senioritas bukanlah faktor utama yang dapat memajukan sebuh organisasi. Tapi hal ini tidak bisa dipungkiri, bahwa keberadaan senioritas dapat menumbuhkan semangat baru dalam beraktifitas dan berdinamika.

Faktor lain adalah bahwa sebagian anggota IKPMA (tidak dikatakan semua), cenderung mementingkan hal-hal pribadi, tampak terlihat dari hanya segelintir jajaran pengurus saja yang berkhidmah untuk organisasi IKPMA juga beberapa anggota IKPMA yang lain. Lagi-lagi penulis mengatakan tidak semua pengurus dan anggota IKPMA, hanya beberapa kecil individu, inipun hanya pengamatan penulis saja selama ini.

Dari dua realita diatas (bahkan bisa jadi lebih), bahwa dua faktor ini harus dioptimalkan terlebih dahulu, agar proses kaderisasi bisa berjalan secara maksimal dan sesuai target. Tawaran dari penulis adalah, para senioritas dan anggota IKPMA semua harus menanamkan kesadaran individualistik, tidak ada istilah acuh atau cuek, apalagi jika kita hanya sebagai provokator atau politikus saja, lebih banyak berbicara daripada kerja, padahal kita sendiri belum tahu realita yang sesungguhnya, nau’udzubillah.

Satu pertanyaan dari penulis untuk setiap invidu anggota IKPMA (mohon dijawab dalam hati). Jika kita mau berkhidmah untuk diri kita dan organisasi lain (barangkali), tentu kita juga harus mau meluangkan waktu dan tenaga untuk organisasi IKPMA ini, apalagi organisasi IKPMA merupakan setting dari keluarga kita sendiri, baik dan buruknya IKPMA bukan ditangan orang lain, tapi ditangan kita semua. Jika kita mau melakukan yang terbaik untuk IKPMA, penulis yakin organisasi IKPMA ini bukan hanya maju dan membuat sunnah hasanah melainkan dapat melahirkan kader-kader yang profesional dan handal. Untuk itu, mari sama-sama kita jadikan momentum SPA IKPMA kali ini sebagai media pengkaderan dan silaturrahmi antar kita semua. Mari kita berjuang!!!.(IMN)

Silaturrahmi Kekediaman Ustadz Hasunah

Silaturrahmi Kekediaman Ustadz Hasunah
Ingatkan Memorize di Tanah Air


Silaturrahmi ke rumah Ustadz Hasunah (Kafr Ya’qub, Tanta – Egypt) merupakan program dari Departemen Silaturrami, Minat dan bakat, yang sudah sejak lama direncanakan, namun kunjungan ini baru dapat terlaksana (Jum’at, 9 Nopember 2007). Hal ini dikarenakan benturan waktu dengan acara-acara IKPMA, organisasi-organisasi Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) dan aktifitas individu anggota IKPMA itu sendiri.


Tepat pukul 9.00 WK pagi, semua anggota IKPMA telah berkumpul di Mahattah Hay Sabi’, meskipun ada beberapa anggota IKPMA yang berangkat menyusul. Rombongan pertama pun yang terdiri dari 14 orang putra dan putri, segera meluncur ke Propinsi Tanta pada pukul 9.30 WK.


Dengan menggunakan transportasi el-Tramco rombongan pertama ini sampai ke kediaman Ustadz Hasunah (Kafr Ya’qub, Tanta – Egypt) sekitar pukul 12.00 WK siang, “kita beruntung bisa cepat sampai di kediaman Ustadz Hasunah, karena supir el-Tramco mau mengantar langsung ke daerah Tanta, tanpa kita harus turun di Mahattah Ramsis dan mencari mobil jurusan Tanta.” Komentar ringan Saudara Husni Muabarak dengan nada gurauannya.


Berhubung saat berkunjung ke rumah Ustadz Hasunah adalah hari Jum’at, anggota IKPMA yang putera melaksanakan shalat jum’at terlebih dahulu, sedangkan yang putri langsung masuk ke salah satu ruangan rumah Ustadz Hasunah, dan disambut baik oleh Isteri beliau.


Usai melaksanakan shalat jum’at, anggota IKPMA putera pun segera menghampiri rumah Ustaz Hasunah, serta dilanjutkan dengan obrolan santai dan suasana penuh santai, bahkan ada yang berkomentar, “jadi ingat memorize saat Guru Hasunah ngajar di Attaqwa dulu.” Ceteluk Syahrul Fadhil sambil di iringi nada ketawa ringan.


Rombongan kedua, sekitar 5 orang putera sampai di kediaman Ustadz Hasunah pada pukul 16.00 WK. Suasana pun bertambah hangat, nampak keakraban antara kita (anggota IKPMA) dan Ustadz Hasunah beserta keluarga. Apalagi ketika Ustadz Hasunah menyuguhkan santapan jasmani berikut assesorisnya, dan mempersilahkan untuk di santap jama’atan, suasanapun bertambah ramai dan sempat rusuh oleh teriakan-teriakan kecil dan celetukan.


Uniknya, santapan jasmani ini merupakan usaha dan perjuangan keras dari anggota IKPMA puteri, karena mereka diminta bantuan oleh Isteri Ustadz Hasunah untuk menangkap Ayam dan memotongnya. “Sempat kikuk dan grogi saat menangkap ayam, disamping tidak bakat, juga suasana seperti ini (menangkap dan memotong ayam) lama tak diketemukan di Mesir.” Imbuh Saudari Eneng Himayati sambil berlari-lari mengejar ayam yang tak juga mampu diraihnya.


Maghrib pun tiba, dan usai shalat maghrib berjama’ah, kami (anggota IKPMA) dengan berat hati harus beranjak dari kediaman Ustadz Hasunah dan keluarga (Kafr Ya’qub, TantaEgypt) menuju rumah kami masing-masing. Suasana haru pun nampak dari kami dan Ustadz Hasunah beserta keluarga, karena pertemuan ini adalah pertemuan Akbar, yang sebelumnya kunjungan ke rumah Ustadz Hasunah tak labih dari segelintiur kecil anggota IKPMA saja. Namun, meskipun hanya sehari pertemuan kali ini, sungguh meninggalkan kesan plus, disamping Ustadz Hasunah dan Isteri adalah guru kami, juga suasana kampung yang mengingatkan kami terhadap suasana dan lingkungan tanah air di Indonesia.(IMN)

Ratiban dan Tahlilan di Rumah Bang Ja’far al-Ayyubi

Ratiban dan Tahlilan di Rumah Bang Ja’far al-Ayyubi
“Memasyarakatkan Tradisi Masyarakat”

Makram ‘Abid (Kamis. 8 Nopember 2007) diadakan acara Ratib dan Tahlilan. Kegiatan yang diadakan setiap 2 minggu sekali merupakan program kerja Departemen Minat & Bakat yang di kordinir oleh Bang Zidni Ilman. Kegiatan yang tidak memiliki tempat tetap, artinya berpindah dari satu rumah (baca: syaqqah) ke rumah yang lain, di format atau design demikian agar lebih menjadi washilah terciptanya silaturrahmi yang baik sesama anggota.

Seperti biasanya, acara di pandu oleh DP-KPJ Minat & Bakat, yaitu Bang Zidni Ilman. Acara dimulai pukul 18.30, atau terlambat 60 menit dari waktu yang telah direncanakan, dikarenakan banyaknya individu anggota KPJ yang berbenturan dengan acara lain, disamping ada sedikit permasalahan teknis sehingga acarapun dengan sangat terpaksa diundur 60 menit.

Usai pemandu acara membuka ceremonial, acarapun dilanjutkan dengan pembacaan Yasin dan Tahlil, oleh saudara Farhan. Langsung disambung dengan pembacaan Qishah Maulid, dipimpin oleh Shahibul Bait yaitu Bang Ja’far al-Ayyubi. Usai pembacaan Qishah Maulid, Bang H. Mumtaz Mukhtar, S. Ag memimpin do’a bir al-Walidain.

Acarapun dilanjutkan dengan sambutan. Sambutan pertama oleh Bang H. Muhammad Mausul (DP-KPJ), dalam sambutannya beliau mengucapkan terima kasih kepada shahibul bait, atas kesediannya memberikan tempat dan jamuan dalam kegiatan rutinitas DP-KPJ yaitu Ratiban dan Tahlilan ini.

Acara selanjutnya yaitu ramah tamah, kali ini diwakilkan juga oleh Bang Ja’far al-Ayyubi, beliau banyak memberikan masukan dan ide-ide konstuktif, diantaranya: Agar majleis zikir ini bisa tetap eksis seperti wadah perkumpulan mahasiswa yang lain; study club, perkumpulan para penyair dsb, tentu dengan design yang baik dan menarik, supaya anggota KPJ mau ikut serta dan berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan ini. Beliau pun menambahkan agar majelis zikir ini menerbitkan hasil karya dalam bentuk membuat atau mengkodifikasikan zikir-zikir serta kumpulan do’a yang sering digunakan di masyarakat Indonesia
.

Usai ramah tamah, acara pun ditutup tepat pukul 20.30. Dilanjutkan dengan santapan jasmani dan obrolan santai dan ternyata banyak menghasilkan masukan dan ide-ide segar demi kemajuan majelis zikir KPJ ini. Semoga!!! (IMN)

Suq Jum'at

Suq Jum’at
Ajang Silaturrahmi antar Sesama Anggota KPJ


Dept. Sosial dan Kesejahteraan DP-KPJ, adakan Suq Jum’at di Wisma Jakarta (02/11/07). “Suq Jum’at ini, tidak hanya sebagai fasilitas temu kangen dengan makanan Indonesia, namun juga sebagai ajang silaturrahmi antara sesama anggota KPJ.” Ungkap Ahmad Fuadi selaku Koord. Bidang Sosial dan Kesejahteraan KPJ disela-sela kesibukannya menyambut tamu (anggota KPJ) yang datang ke Wisma Jakarta.

Suq Jum’at kali ini, diadakan di awal bulan dengan melihat kondisi para anggota KPJ yang umumnya, memiliki subsidi keuangan yang baik ketika di awal bulan.

Tepat ba’da jum’at, suq jum’at mulai dibuka, dengan berbagai menu makanan, diantaranya; Bakso, Nasi Uduk, Somay, Es tTeh dll. Dengan design lesehan, juga diiringi dengan musik berirama slow yang sesekali diputarkan film bernuansa santai dan menghibur, dengan fasilitas On Focus (tampilan layar lebar). Dan alhamdulillah, pengunjung suq jum’at kali ini lumayan ramai, meskipun masih banyak anggota KPJ (abang-abang dan mpok-mpok) yang belum berkesempatan untuk datang. Mudah-mudahan, pada suq jum’at dan acara-acara lain yang digelar oleh DP-KPJ dan lainnya, kehadiram abang-abang dan mpok-mpok sangat kita harapkan.(IMN)

Nov 5, 2007

Muqaddimah

Menyapa Dunia


Dahulu (zaman bahula), dunia yang begitu luas dan -barangkali- sudah menjadi keyakinan setiap individu bahwa untuk menggapai dunia seakan-seakan menjadi sesuatu yang mustahil dan tidak mungkin. Saat itu dengan teknologi yang masih sederhana, tentu memang 'sesuatu yang tidak mungkin" untuk dapat merengguk dunia ini yang begitu sangat luas.

Zaman Rasulullah Saw. orang arab Mekkah yang ingin pergi ke Madinah, memakan waktu kurang lebih 1 bulan lamanya. Bangsa Cina yang dinobatkan sebagai bangsa pertama yang berhasil mengelilingi dunia, mereka baru berhasil mengelilingi dunia setelah 30 tahun lamanya, itupun hanya benua Afrika saja yang baru berhasil mereka jelajahi. Meskipun, ada versi lain yang mengatakan bahwa bangsa Eropalah yang lebih dahulu menjelajahi dunia dan berhasil menemukan benua Amerika, perjalanan inipun dilakukan puluhan tahun lamanya.
(kompas)

Sekilas dari yang saya ceritakan diatas dan kita juga dapat menyimpulkan, bahwa zaman dahulu untuk bisa mengenal dan menjelajahi dunia, diperlukan pengorbanan yang besar. Anda bisa bayangkan, bangsa China tersebut baru bisa berhasil mengelilingi dunia dengan terlebih dahulu harus menyiapkan armada besar yang menguras pembendaharaan mereka yang luar biasa. Mengirimkan tak terhitung jumlah ahli dan orang-orang terbaik mereka selama tak kurang dari tiga tahun. Menempuh jutaan mil laut di tengah gelora arus, ancaman badai dan tsunami, prahara musim, hingga karang dan bongkahan es yang tak terperikan. Mereka tahu semua risiko itu, dan bahwa sebagian (besar) dari mereka tak akan pernah bisa lagi kembali ke tanah kelahiran.
(ilham saenong)

Seiring dengan berkembang pesatnya kemajuan zaman, beberapa tahun silam muncul di hadapan kita sebuah “dunia baru” bersamaaern dengan hadirnya internet. Manusia dengan kepandaiannya telah berhasil membuat sebuah dunia yang tanpa jarak dan tanpa sekat, tak perlu harus berlayar puluhan tahun lamanya, mengeluarkan dana yang begitu besar. Namun, saat ini, Internet juga telah berhasil menghubungkan manusia yang satu dengan yang lain hanya dalam hitungan detik. Beberapa negara dapat bergantian kita singgahi dalam sekejap. Sehingga selain dunia nyata yang kita alami sehari-hari, manusia juga disuguhkan sebuah “dunia lain” yang sering disebut-sebut dengan dunia cyber atau dunia maya.


Melalui media ini, saya... ingin menyapa anda semua yang ingin silaturrahmi dan berbagi infrormasi, dimanapun anda berada dan siapapun anda sebenarnya. Dengan senang hati dan jiwa yang terbuka, saya akan setia dan berusaha menyempatkan waktu, bagi anda dan teman-teman semua yang mau menjalin hubungan baik ini. Semoga bermanfaat!!!.

Nov 4, 2007

Waspada

How...?

Assalamualaikum.... dengan kerendahan hati coba liat dan renungkan situs (http://www.indonesia.faithfreedom.org)ini. seakan mereka tertawa dan lepas bergunjing dibelakang kita. stab from the back. what will you do...? what should we do...? how should we ...? bagi temen-temen yang mo post di situs tersebut, pelajari benar apa yang akan di posting karena forum ini akan menyerang balik layaknya bumerang. Yang penting adalah mempertahankan AQIDAH... Wassalamu'alaikum

Gosip

Dua Isu Besar, Tunda Keberangkatan MABA 2007.

Benarkah demikian?

Ada dua isu besar tentang MABA (Calon Mahasiswa Baru) tahun akademik 2007 ini. Berita ini saya dapatkan dari lisan beberapa teman-teman saja, baik di Mesir maupun di Indonesia.

1. MABA tahun ini, diundur keberangkatannya sampai tahun 2008. Artinya, keberangkatan MABA dipending setahun lamanya.

2. Berdasarkan informasi dari salah satu mediator di Indonesia, bahwa di Mesir ini… didapati kasus Mabahis memukul Mahasiswa Indonesia, berita jelasnya saya tidak tahu. Berdasarkan informasi juga, bahwa berita ini sudah cukup ramai dibicarakan khususnya dikalangan para Mediator di Indonesia.

Pada Mediator di Indonesia sempat merasa khawatir mengenai isu tersebut, apakah berita pemukulan Mabahis kepada Mahasiswa Indonesia itu benar adanya?. Dan kalau seandainya memang berita itu benar… Apakah ada hubungannya dengan sulitnya birokrasi mendapatkan visa di Indonesia bagi MABA yang ingin berangkat ke Mesir tahun ini.

Mohon penjelasan bagi yang tahu informasi tentang ini atau diklarikasi jika ada berita atau isu yang tidak benar.

Terima Kasih

Cerita Hikmah

Hijrah Menuju Kebaikan

“The Obvious of Story”

Kisah ini adalah perjalanan hidup temanku (maaf, penulis menghidden nama ini dengan alasan tertentu), dia berasal dari Kota Tanggerang, terlahir dari keluarga biasa dan tinggal disebuah daerah metropolis, tepatnya di sebuah perumahan (penuilis lupa nama perumahan tersebut) yang kurang menguntungkan untuk melaksanakan kegiatan keagamaan. Kisah ini –menurutku– penuh kesan dan arti dibalik perjalanan hidupnya. Sederhana ceritanya, tapi ada beberapa hal yang membuatku tergugah, disamping cerita ini adalah kisah nyata, juga cerita ini memiliki kemiripin skenario yang pernah aku lalui dalam lembaran hidupku ini. Berikut ini kisahnya…

Aku (temanku maksudnya) yang tak pernah menoleh untuk pergi dari lembah kegelapan bergelut dalam kemaksiatan, wajah hitam buram karena seringnya tak terkena siraman air wudhu.

Aku merasa akan hidup seperti ini selamanya, menghabiskan waktu dengan bermain dan bersenda gurau, kulewati masa remaja ini dengan penuh catatan-catatan hitam. Tapi (menurutku saat itu) memang inilah jiwa seseorang yang sedang beranjak dewasa, selalu ingin mencari tahu dan mencoba hal baru (padahal hal baru tersebut belum tentu baik bagi manusia). Tapi amat disayangkan, aku tak mampu mengontrol diri, sehingga aku dengan mudah mengikuti arus kemaksiatan.

Aku sudah lulus dari SMP dan atas perintah orang tuaku, aku diminta untuk melanjutkan ke Pesantren. Apa… “Pesantren”, nama ini pernah aku dengar dari cerita-cerita orang saja, tapi tetap saja masih begitu asing ditelingaku ini. Aku sempat menolak bahkan sempat berkata kasar terhadap orang tuaku, “Pesantren… ‘ngapain hidup di Pesantren, udah ’ga zaman”, begitu jawabanku kepada orang tua. Apalagi, aku juga tak maupisah dengan teman-tamanku yang royal denganku ini. Tapi, sebagai anak… akhirnya sifat kerasku ini luluh juga.

Saat aku diterima di Pesantrean itu (Nama Pesantren tersebut adalah Attaqwa), Aku duduk di kelas satu Aliyah (setingkat dengan 1 SMA), di sebuah Pesantren yang lumayan jauh dari tempat tinggalku. Di Pesantren ini, aku menemukan sebuah komunitas baru yaitu kumpulan para “Santri”. Sebelum masuk Pesantren, aku tidak mengerti banyak tentang agama, karena sebelumnya aku disekolahkan dengan latar belakang umum dan sangat sedikit sekali materi pelajaran tentang keagamaan yang diajarkan disekolah itu. Belum lagi, pergaulanku dengan teman-teman yang kurang menjaga diri, berpakaian saja tidak mencerminkan akhlak, apalagi dalam bersosialisasi dengan masyarakat sudah jauh dari norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Aku mencoba untuk bisa beradaptasi dengan komunitas baru ini, awalnya sempat canggung dan bahkan batin ini ingin berontak, namun perlahan-lahan akupun mulai menyukai suasana baru ini.

Orang tuaku sangat faham dengan karakteristik yang ada dalam diriku, mereka tahu aku ini anak yang susah di atur dan jarang sekali mendengar nasehat dan perintahnya. Sekali lagi ini adalah faktor pergaulan, sehingga kepribadianku pun ikut terpengaruh dan hampir saja aku terjerumus kedalam pergaulan kotor.

Harapan orang tuaku agar aku hidup dengan nuansa akhlak mulia dan berbakti kepada orangtua. Apalagi, aku adalah anak tertua dari tiga bersaudara dan akulah harapan orang tuaku kelak yang akan mengemban tanggung jawab keluarga lebih besar dibanding adik-adikku. Lepas dari itu semua, aku merupakan contoh teladan buat adik-adikku.

Dua hal itulah yang sering terpikir dalam kepalaku. Sehingga akupun akhirnya harus belajar memahami kembali posisiku dikeluarga, semangat belajar dan memahami ilmu agama mulai muncul seiring berkembangnya usiaku di Pesantren, aku tidak ingin lagi mengingat masa laluku yang suram, aku harus berpikir dewasa demi masa depan keluarga.

Perjalanan hidupku masih panjang, tantangan dan cobaan adalah bagian dari perjuangan. Kusapu semua keraguan yang datang di sela-sela belajarku, karna aku tahu, aku lebih dibutuhkan untuk membangun keluarga sebagai anak yang paling dewasa. Pergaulan yang membuatku terpuruk dan yang semakin mengikat erat sudah lama kutinggalkan, disinilah cahaya Allah bermain menyinari di setiap langkahku, mengiringi perjuanganku melawan hawa nafsu yang terkadang mengelabuhi pandangan batinku.

Aku adalah aku, bukanlah seperti aku yang dulu yang mudah terbawa arus ketika tak tahu harus kemana langkah ini di tegakkan. Sekarang aku punya pendirian, masa depan adalah tujuan. Kembalikan masalah kepada Allah, berusaha, berdoa dan bersabar adalah kunci, belajar dari pengalaman itu yang terbaik.

Hikmah Cerita

1. Percayalah… seburuk apapun hidup kita, jangan pernah ada kata “Menyerah” dan akhirnya pasrah. Berusahalah meraih kebaikan tersebut, Innallaha Ma’aana “Sesungguhnya Allah selalu bersama kita”.

2. Ada sebagian masyarakat yang memiliki paradigma bahwa hidup di Pesantrean bagaikan di penjara, kuno, dah ‘ga zaman dan juga susah dapat pekerjaan ketika lulus nanti. Paradigma tersebut adalah “Salah Besar” , dari cerita diatas dan penulis pikir andapun akan sepakat. Jika Pondok Pesantren merupakan solusi tepat untuk pembinaan anak bangsa, khususnya yang beragama Islam.

3. Hormati orang tua, meskipun –terkadang– kita berbeda pendapat, bahkan ideologi. Tetap keharmonisan keluarga harus tetap ditumbuhkan, meskipun pendapat kita –barangkali– benar, terlebih lagi pendapat kita yang salah.

4. Lingkungan kondusif ternyata sangat memiliki efek yang kuat terhadap pembinaan karakter, bukan hanya di Pesantren saja, Pesantren hanyalah merupakan contoh kecil. Kitapun disini (baca; anggota IKPMA) dituntut untuk mencari lingkungan kondusif tersebut, seperti tinggal di rumah dengan teman-teman yang memiliki orientasi hidup yang jelas dan punya target, ataupun kita aktif di organisasi, semisal IKPMA, guna mengasah skill berfikir dan melatih kepekaan sosial.¤

Laporan Khusus IKPMA Mesir

Menanti CAMABA IKPMA 2007-2008

Tak Kunjung Datang

Entah karena kebiasaan mengumbar janji pihak Mediator Indonesia atau memang proses birokrasi yang sulit di Depag dan di Kedutaan Republik Arab Mesir diIndonesia, sehingga pemberangkatan CAMABA (Calon Mahasiswa Baru) IKPMA sempat tertunda beberapa kali. Kali ini, Repotase IKPMA berhasil menemui pihak penanggung jawab CAMABA IKPMA 2007-2008, Kanda H. Iman Fadllurrahman dikediamannya. Berikut laporannya, simak yuk…

Berapa jumlah CAMABA IKPMA tahun ini dan dari mana saja asal mereka? tanya kami kepada Kanda H. Iman Fadllurrahman. Beliau mengatakan, “Jumlah anggota IKPMA tahun ini sebanyak 8 orang (4 Putra dan 4 Putri). Mereka semua adalah alumni Pondok Pesantren Attaqwa Bekasi, meskipun awalnya… pihak Mediator Indonesia sempat menjaring CAMABA dari luar Attaqwa, seperti dari Jawa Tengah dsb. Namun, karena tidak ada satupun diantara mereka yang lulus seleksi ujian yang diselenggarakan Depag beberapa bulan lalu, sehingga CAMABA yang berangkat melalui Mediator Attaqwa hanya 8 orang dan itupun semua berasal dari almamater Attaqwa semua.”

Beliau kembali menambahkan, “Sudah 4 kali, jadwal pemberangkatan CAMABA IKPMA tahun ini mengalami perubahan. Informasi kedatangan pertama pada tanggal 1 September 2007, namun karena pihak Mitra Mediator, Saudara Husni Mubarok dan Fathul Hilmi belum mendapatkan ishal dari KPP-MABA (padahal kami sebagai pendaftar pertama di KPP-MABA), sehingga mau tak mau permberangkatan CAMABA tersebut harus di undur sampai tanggal 17 Ramadhan 1428 H./29 September 2007. Namun, dikarenakan ada satu tambahan berkas lagi, ditambah lagi birokrasi yang sulit di Depag dan di Kedutaan Republik Mesir, dan hal ini juga sudah dimusyawarahkan di Indonesia dengan pihak CAMABA dan keluarganya masing-masing, sehingga pemberangkatan CAMABA ke Mesir kembali diundur sampai tanggal 8 Syawwal 1428 H./20 Oktober 2007. Tapi, kami mendapat informasi mendadak dari pihak Mediator di Indonesia, bahwa pemberangkatan CAMABA (dengan berat hati) terpaksa di undur lagi sampai tanggal 12 Syawwal 1428 H./24 Oktober 2007” Tutur Kanda Iman sambil tersenyum.”

Ketika kami menanyakan kembali kepada Kanda H. Iman Fadllurrahman, akankah ada perubahan lagi setelah 4 kali mengalami perubahan jadwal pemberangkatan CAMABA. Beliau menuturkan, “Kami juga masih meragukan tanggal 12 Syawwal 1428 H./24 Oktober 2007, CAMABA bisa berangkat ke negeri kinanah ini. Karena berdasarkan informasi terakhir yang kami terima, bahwa birokrasi untuk mendapatkan visa sangat sulit, terbukti hanya 30 CAMABA saja yang berhasil mendapatkan visa di Kedutaan Mesir Indonesia, itupun karena Mediatornya sangat akrab dan dekat dengan pihak konsuler Kedutaan Mesir tersebut. Problem kedua, ternyata hubungan Depag dengan Kedutaan Mesir di Indonesia sedang tidak harmonis, karena beasiswa al-Azhar yang semula diperuntukan untuk CAMABA yang lulus seleksi di Depag saja, namun realitanya adalah perubahan terakhir, dan kami juga sudah meminta kepada pihak Mediator di Indonesia dengan sangat, agar tidak terjadi perubahan lagi, disamping ujian yang –tentu– semakin mendekat, juga rasa penantian kami yang begitu panjang, khususnya bagi teman-teman IKPMA yang sangat mengharapkan sekali mendapatkan titipan dari orang tua tercinta di Indonesia, seperti; kiriman uang, obat-obatan dll.”

Kita berharap dengan kedatangan CAMABA IKPMA tahun ini, sebagai bibit-bibit baru yang siap berjuang dan mewarnai IKPMA kedepan. Sehingga IKPMA dapat lebih lebih solid, lebih dinamis, lebih improvemen, dan lebih “go kemajuan”. Bravo IKPMA!!!¤

Laporan Khusus IKPMA Mesir

IKPMA, Raih peringkat terbaik kedua Akademis Almamater

dalam PPMI Academic Award 2007

Beberapa dekade terakhir ini, dalam setiap acara PPMI Academic Awards, IKPMA hanya bisa mampu menempati posisi enam terbaik dari sekian alamamter yang terdaftar di PPMI.

Satu anugerah yang patut disyukuri kepada Sang Kholiq, bahwa tahun ini (2007) merupakan tahun gemilang dan emas bagi IKPMA, karena dapat meraih gelar Almamater terbaik kedua dalam PPMI Academic Award 2007. “What is a dream?” begitu komentar kecil dari Mpo ‘Aisyah, Mpo Yayah dan Mpo Maftuhah yang hadir dan sempat terharu dengan hasil audit Tim Panitia yang diumumkan pada acara PPMI Acedemic Awards 2007 di Shalah Kamil beberapa pekan yang lalu.

Pada tahun ini juga, ternyata IKPMA bukan hanya mendapatkan peringkat terbaik kedua akademis almamater saja, melainkan telah mampu membuktikan bahwa salah satu anggota IKPMA (Saudara Khairul Anwar Ahmad, yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua IKPMA periode 2006-2007), mampu meraih prediket “Mumtaz” sekaligus menjadi Mahasiswa Terbaik Tingkat Dua, tahun 2007 ini. Ini adalah sejarah besar karena IKPMA baru pertama kali mendapatkan salah anggotanya yang bisa meraih peringkat “Mumtaz” ini, semoga ditahun-tahun berikutnya IKPMA kembali menelurkan Imtiyaz-Imtiyaz baru, Yarait!

Ditahun ini juga, IKPMA pun kembali mengantarkan dua anggotanya meraih gelar Strata 1 (Licence), mereka adalah: ‘Aisyaturridho, Lc. dan Yayah Fajriyah, Lc. Semoga, anggota IKPMA yang lainpun bisa menyusul jejak mereka, tentu dengan target yang maksimal.

Kalau tahun ini IKPMA mendapatkan anugerah yang besar, tentu berkat peran anggota IKPMA semua dalam memajukan akademis, baik secara individu maupun kollektif. Sebuah kesadaran individu dan kollektif yang perlu dipertahankan eksistensinya dari masa ke masa, sehingga anugerah besar ini tidak hanya berhenti sampai disini saja (kalau perlu tahun depan mendapat pringkat satu, Amin), melainkan harus bisa sampai pada aplikasi di masyarakat kelak. Usaha, kerja keras dan do’a selalu kita perjuangkan dalam setiap nafas kita, selanjutnya Allah yang menentukan semua itu. Sekali maju, harus terus maju dan maju, jangan pernah mundur IKPMA. Bravo!!!

Tapi… By The Way, Anyway, Bus Way… kapan nih tasyakurannya???he3. Red.