Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
MENYAPA DUNIA DENGAN DUNIA MAYA

Nov 27, 2007

SPA IKPMA
Upaya Membentuk Kader Yang Profesional

Sidang Permusyawaratan Anggota (SPA) IKPMA merupakan ajang demokrasi besar dengan membawa harapan esok yang makin gemilang. Sudah menjadi sunnah Ilahi dalam proses kehidupan, bahwa regenerasi harus terwujud, demi pembelajaran yang merata. Mati satu tumbuh seribu, begitu kata pepatah. Tapi, suksesi atau peralihan kepemimpinan di sebuah organiasasi bukan karena ada yang mati, melainkan karena masa yang terbatas. Untuk itu, sekali lagi, untuk menciptakan iklim berorganisasi yang efektif, regenerasi mutlak adanya.

Dalam lingkup organisasi, beberapa orang telah silih berganti menempati pos sebagai ketua, atau posisi kepengurusan lainnya. Dalam sebuah rumah tangga, seorang ayah sebagai pemegang otoritas keluarga mau tidak mau digantikan oleh anak-anaknya setelah dia pergi meninggalkan alam fana. Anak-anaknya secara lambat tapi pasti telah berubah status menjadi seorang bapak dalam sebuah keluarga.

Dari ilustrasi singkat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa regenerasi adalah merupakan ketentuan alam atau dalam bahasa al Qur`an-nya sunnatullah, baik itu pada level terkecil dalam struktur masyarakat yaitu keluarga maupun dalam struktur terluas yaitu sebuah negara atau organisasi Internasional, semisal perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Untuk itu, agar organisasi atau sebuah wadah tidak mengalami kevakuman atau bisa jadi organisasi tersebut mati, maka dibutuhkanlah kaderarisasi.

Kaderirasi atau Mati?

Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader. Siapakah kader? Kader adalah anggota, penerus organisasi. Nilai-nilai apa? Nilai-nilai yang diyakini bersama sebagai pembentuk watak dan karakter organisasi. Organisasi apapun itu mutlak mensyaratkan kaderisasi, kecuali bila organisasi tersebut adalah organisasi diri sendiri, yang anggotanya anda seorang diri. Organisasi terpimpin sekalipun, dimana si Ketua menjadi Ketua sepanjang hidupnya tetap saja membutuhkan regenerasi untuk rekan kerjanya.

Apa yang terjadi bila Kaderisasi gagal?


Yang akan terjadi, nilai-nilai organisasi tidak sampai kepada generasi berikutnya, generasi tua akan selalu memikul beban dan tanggung jawab organisasi sendiri, selamanya. Gejala yang lainpun akan mucul, seperti: rangkap jabatan, sulit mengadakan suksesi (pergantian) pengurus -karena tidak ada yang mau mengabdi–, anggota yang merasa tertipu atau diabaikan, kegiatan atau program kerja tidak berjalan, dan akhirnya bila tidak ada perbaikan, organisasi tersebut akan dilupakan kemudian mati.

Mengapa kaderisasi gagal? Ini pertanyaan klasik, dan harganya sangat murah. Para senior biasanya akan selalu membandingkan bahwa dulu kondisinya tidak seperti sekarang. Romantisme perjuangan mereka mengalir lengkap dengan bumbu-bumbu. Satu yang penulis mau ingatkan kepada pembaca sekalian, jangan terlena dengan cerita! buatlah romantisme perjuangan kita sendiri (saat ini), dan berikan harga yang mahal bagi kaderisasi.

Kaderisasi gagal biasanya terjadi karena beberapa hal: 1. Senior tidak memiliki kemampuan mentransfer skill atau keahliannya 2. Senior tidak memiliki kemauan untuk mengkader 3. Tidak ada anggota/kader untuk dilatih/di didik

Sebab pertama muncul karena senior hanya bersandar kepada pengalaman yang dimiliki, semestinya harus diseimbangklan dengan skill individu atau banyak membaca. Inilah yang membedakan seorang tukang bangunan dengan insinyur. Dalam kaderisasi, senior harus mampu mengkomunikasikan ilmu dan pengalaman.

Sebab kedua yang paling memprihatinkan. Kemauan adalah awal dari semuanya terjadi. Jika tidak ada kemauan melakukan kaderisasi dari sang senior, maka sebagai junior harus mencari orang lain. Jika tidak ada, mari kita (sebagai junior) melakukan kaderisasi bagi diri kita sendiri dan teman-teman. Jangan biarkan organisasi ini mati karena tidak ada yang mau peduli, paling tidak… kita ini adalah orang yang peduli dengan kelangsungan hidup organisasi ini, khususnya IKPMA.

Sebab ketiga adalah alasan mengapa organisasi harus melakukan penerimaan anggota. Ada yang mungkin mengatakan “tidak penting kuantitas anggota yang penting kualitas”. Tetapi, realitas menyatakan sebaliknya. Kuantitas dulu baru kualitas. Dalam perjalanan organisasi kualitas seorang kader akan diuji oleh komitmennya, dan yang pasti adalah waktu. Seberapa lama ia mampu bertahan, dan memberikan yang terbaik dan menyumbangkan segalanya untuk organisasi tersebut.

Urgenisasi Kaderisasi IKPMA


Sampailah kita pada point yang paling penting, yaitu bagaimana prores kaderisasi IKPMA bisa terus berjalan, sehingga akan terbentuklah sosok generasi yang profesional.

Ada sedikit kesedihan penulis, khususnya mengenai krisis senioritas. Bibit-bibit baru bermunculan, sedangkan senioritas banyak yang berhamburan isitilah lain sebagian senior IKPMA pulang ke Indonesia, sebagian lainnya melanjutkan studinya ke luar negara mesir. Indikasinya, seringkali penulis melihat bahwa anggota junior IKPMA melakukan aktifitas organisasi dengan kesulitan, sulitnya menghadirkan pembimbing juga merupakan problematika dalam memajukan IKPMA kedepan, meskipun penulis yakin bahwa senioritas bukanlah faktor utama yang dapat memajukan sebuh organisasi. Tapi hal ini tidak bisa dipungkiri, bahwa keberadaan senioritas dapat menumbuhkan semangat baru dalam beraktifitas dan berdinamika.

Faktor lain adalah bahwa sebagian anggota IKPMA (tidak dikatakan semua), cenderung mementingkan hal-hal pribadi, tampak terlihat dari hanya segelintir jajaran pengurus saja yang berkhidmah untuk organisasi IKPMA juga beberapa anggota IKPMA yang lain. Lagi-lagi penulis mengatakan tidak semua pengurus dan anggota IKPMA, hanya beberapa kecil individu, inipun hanya pengamatan penulis saja selama ini.

Dari dua realita diatas (bahkan bisa jadi lebih), bahwa dua faktor ini harus dioptimalkan terlebih dahulu, agar proses kaderisasi bisa berjalan secara maksimal dan sesuai target. Tawaran dari penulis adalah, para senioritas dan anggota IKPMA semua harus menanamkan kesadaran individualistik, tidak ada istilah acuh atau cuek, apalagi jika kita hanya sebagai provokator atau politikus saja, lebih banyak berbicara daripada kerja, padahal kita sendiri belum tahu realita yang sesungguhnya, nau’udzubillah.

Satu pertanyaan dari penulis untuk setiap invidu anggota IKPMA (mohon dijawab dalam hati). Jika kita mau berkhidmah untuk diri kita dan organisasi lain (barangkali), tentu kita juga harus mau meluangkan waktu dan tenaga untuk organisasi IKPMA ini, apalagi organisasi IKPMA merupakan setting dari keluarga kita sendiri, baik dan buruknya IKPMA bukan ditangan orang lain, tapi ditangan kita semua. Jika kita mau melakukan yang terbaik untuk IKPMA, penulis yakin organisasi IKPMA ini bukan hanya maju dan membuat sunnah hasanah melainkan dapat melahirkan kader-kader yang profesional dan handal. Untuk itu, mari sama-sama kita jadikan momentum SPA IKPMA kali ini sebagai media pengkaderan dan silaturrahmi antar kita semua. Mari kita berjuang!!!.(IMN)

2 comments:

Belly Surya Candra Orsa said...

Great Blog..!!!! Keep Blogging.... :)

jelita said...

infonya sangat bermanfaat bangett ya sob,,

salam kenal